Langsung ke konten utama

Unggulan

Lirik dan Makna Lagu INDNESIA PUSAKA

Lirik  INDNESIA PUSAKA  Indonesia tanah air beta Pusaka abadi nan jaya Indonesia sejak dulu kala Selalu dipuja-puja bangsa Disana, tempat lahir beta Dibuai, dibesarkan bunda Tempat berlindung dihari tua Tempat akhir menutup mata Sungguh indah tanah air beta Tiada bandingnya di dunia Karya indah Tuhan Maha Kuasa Bagi bangsa yang memuja-Nya Indonesia ibu pertiwi Kau ku puja, kau ku kasihi Tenagaku, bahkan pun jiwaku Kepadamu, rela ke beri Tenagaku, bahkan pun jiwaku Kepadamu, rela ku beri Penulis lagu: Ismail Marzuki Video Indonesia Pusaka Makna dari irik agu Indonesia Pusaka The Meaning of the Song "Indonesia Pusaka" The song  Indonesia Pusaka , composed by Ismail Marzuki, is one of Indonesia's national songs, expressing love, pride, and gratitude for the homeland. Its meaning can be interpreted as follows: Love for the Homeland:  It reflects affection and respect for Indonesia as the birthplace and motherland. The Eternity of Indonesia:  The lyrics express hope ...

KKN di Desa Wilayah Terlarang

Lima mahasiswa dari sebuah universitas di Jawa Timur mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa terpencil bernama Desa Karang Kramat. Desa itu terletak di lembah gunung dan sulit diakses. Penduduknya hidup sederhana, tetapi ada sesuatu yang aneh: suasana desa selalu terasa sunyi, bahkan pada siang hari.




Kelima mahasiswa tersebut adalah:

  1. Rani, mahasiswa Sastra yang punya bakat melukis.
  2. Arif, mahasiswa Teknik yang cenderung skeptis.
  3. Dina, mahasiswa Psikologi yang sensitif terhadap hal mistis.
  4. Faisal, mahasiswa Biologi yang selalu penasaran dengan keunikan alam.
  5. Mila, mahasiswa Ilmu Komunikasi yang senang mendokumentasikan kegiatan.

Hari Pertama: Larangan yang Diabaikan

Saat tiba di desa, kepala desa memberi mereka aturan tegas: Jangan pernah pergi ke hutan di sisi utara desa, terutama saat malam hari. Namun, Arif, yang tidak percaya pada takhayul, menyeletuk, "Paling cuma cerita buat nakut-nakutin kita."

Malam itu, saat kelompok makan malam di posko, terdengar suara gemuruh dari arah hutan utara. Faisal berspekulasi, "Mungkin itu suara hewan besar atau angin." Tapi, Dina merasa ada sesuatu yang tidak wajar.

Hari Ketiga: Penemuan Aneh

Rani merasa terinspirasi dengan suasana desa dan mulai melukis pemandangan. Ketika sedang melukis di dekat hutan, ia melihat bayangan besar menyerupai sosok manusia raksasa di antara pepohonan. Saat ia bercerita, Arif menertawakannya.

Namun, keesokan harinya, saat Mila mengambil gambar dengan kameranya, ia menangkap bayangan yang sama di salah satu foto. Raut wajahnya berubah pucat, tetapi ia memilih tidak mengatakan apa-apa agar tidak menakuti yang lain.

Hari Kelima: Ketukan di Tengah Malam

Malam itu, hujan deras mengguyur desa. Saat kelompok sedang tidur, terdengar ketukan pelan di pintu posko. Arif, yang sedang berjaga, membuka pintu, tetapi tidak ada siapa-siapa. Ketika ia menutup pintu, suara itu terdengar lagi, kali ini disertai bisikan, "Pergi... sebelum terlambat..."

Ketika Arif menceritakan hal itu keesokan paginya, Dina tampak semakin gelisah. Ia mengaku bermimpi buruk tentang seseorang yang menggiring mereka ke hutan dan hilang tanpa jejak.

Hari Ketujuh: Hutan Terlarang

Ketegangan mencapai puncaknya ketika Faisal mengusulkan untuk masuk ke hutan utara, penasaran dengan fenomena yang terjadi. Dina menolak keras, tetapi Rani dan Arif memaksa. Akhirnya, mereka semua masuk bersama, menyusuri jalur setapak yang penuh dengan dedaunan basah.

Di dalam hutan, mereka menemukan sebuah pondok tua dengan tulisan kuno di pintunya: "Jangan bangunkan yang tertidur." Faisal mendekati pintu dan tanpa berpikir panjang, membukanya.

Di dalamnya, mereka melihat sesosok mayat yang sudah mengering, memegang sebuah boneka jerami dengan jarum-jarum menancap di tubuhnya. Saat itu juga, tanah bergetar, dan suara jeritan panjang terdengar dari balik pepohonan.

Hari Terakhir: Bayangan yang Mengikuti

Setelah kejadian di hutan, mereka memutuskan untuk meninggalkan desa lebih awal. Namun, selama perjalanan pulang, Mila melihat sesuatu dari kaca mobil: bayangan raksasa itu berdiri di ujung jalan, mengawasi mereka pergi.

Malam itu, ketika mereka semua sudah kembali ke kota, Dina menerima pesan misterius di ponselnya: sebuah foto posko mereka dengan sosok gelap berdiri di belakang mereka. Pesan itu hanya bertuliskan, "Kalian sudah membangunkan kami..."

Epilog:
Seminggu setelah KKN, kabar mengejutkan datang: Desa Karang Kramat dinyatakan hilang dari peta. Beberapa penduduk desa yang tersisa bercerita bahwa desa itu telah dikutuk oleh "penunggu lama" yang tidak suka diganggu. Para mahasiswa kini membawa trauma yang tidak pernah bisa mereka lupakan.


Coloring Skibidi Toilet - Titan TVman, CameraMan, DrillMan, SpeakerMan 

Klik di : E-Book Digital





bY.@Septadhana


Komentar

Postingan Populer